Skip to main content

Cara Berbudidaya Ikan Koi Atau Cyprinus Carpio


Koi merupakan ikan hias yang berasal dari Jepang dan sekarang telah banyak dibudidayakan di Indonesia. Bahkan, Indonesia telah mampu mengekspornya ke beberapa negara. Ikan yang diduga masih keturunan ikan karper ini memiliki ciri khas adanya warna yang eksotis, pola warna yang cantik, dan berbeda dengan jenis ikan lain.

Koi memiliki 13 varietas dengan ciri yang berbeda-beda. Jenis-jenis koi di antaranya kohaku, taisho shanke, utsurimono, hi utsuri, shiro bekko, bekko, sanke, plati-num ogon, yamabuki ogon, lyre tail koi, shusui, asagi, dan assorted koi.

Memilih Induk

BENTUK TUBUH:
  • Ideal atau proporsional dengan perbandingan tinggi dan panjang 1 : 2 atau 1 : 3.
  • Garis punggung lurus atau tidak melengkung.
  • Gerakan renang seimbang dan tenang yang dipengaruhi oleh posisi sirip yang simetris berpasangan.
  • Memiliki sirip dada dan perut yang berukuran sama besar.
  • Bentuk kepala, mata, mulut, serta insang harus propor-sional dan serasi.
  • Hidung tidak terlalu keluar atau tampak tertimbun daging.
  • Pangkal ekor hendaknya berukuran tebal, agar telur tersebar secara merata.
WARNA DAN POLA WARNA
  • Batas antarpola warna harus jelas dan kontras.
  • Tidak terjadi gradasi atau bayangan warna.
KESEHATAN
  • Gerakannya gesit dan seimbang. Di samping itu, tidak menyendiri di dasar kolam atau muncul lama di permukaan. Koi yang sering menyendiri di dasar kolam merupakan indikasi bahwa koi tersebut sedang sakit.
  • Napasnya teratur. Gerakan insang yang terlalu cepat menandakan koi sukar untuk bernapas.
  • Sirip tegak atau tidak terkulai.
  • Tidak cacat, sakit, atau buta.
Secara umum memilih induk koi dapat digunakan kriteria sebagai berikut.
  • Anggota badannya lengkap, tidak cacat, sobek, atau luka yang mudah dihinggapi parasit.
  • Tubuh simetris dan jika dilihat dari atas tampak garis punggung yang lurus dan saat meliuk, bagian atas dan bawah tubuh melengkung dengan wajar dan serempak.
  • Kepala tidak terlalu besar atau seimbang dengan bagian tubuh yang lain.
  • Warna jelas, cemerlang dan memikat, tidak ada gradasi (misalnya kemerahan atau kecokelatan), serta setiap warna terpisah secara nyata dan tidak boleh bercampur. Tidak berbintik-bintik. Karenanya, memilih koi sebaiknya dilakukan di bawah sinar matahari, bukan sinar lampu.
  • Tingkat kesuburannya tinggi. Biasanya dijumpai pada koi jantan yang berumur 6 bulan dan betina telah berumur 1,5 tahun.
  • Telah siap kawin yang ditandai dengan keluarnya cairan putih kental pada koi jantan ketika bagian kelaminnya dipijit dan di daerah kelamin koi betina tampak kemerahan.
  • Sebaiknya dipilih induk dari jenis koi impor. Biasanya jika dipilih koi lokal warnanya cenderung bergradasi dan tidak cemerlang atau buram.

Proses Pemijahan

Induk-induk koi yang telah terpilih tidak serta merta bisa langsung dikawinkan. Hal ini berkaitan dengan tingkat kematangan kelamin dari koi jantan dan betina. Jika kita memilih koi yang telah siap kawin, yang perlu disiapkan adalah tempat untuk kawin atau kolam pemijahan.

Kolam pemijahan berupa kolam tembok berukuran 2 x 4 x 1 m dengan sirkulasi air yang baik. Kolam ini sebelum digunakan harus disucihamakan terlebih dahulu dengan cara dikeringkan dan direndam larutan PK (ka-lium permanganat). Setelah itu, dipasangjaring (net) atau kantung happa dari bahan yang halus (kain trilin), kemudian kolam diisi air.

Selanjutnya, induk koi dimasukkan. Perbandingan koi jantan dan betina 1 : 1 atau 1 : 2 (perbandingan berat badan). Artinya, jika induk betina berathya 2 kg (biasanya 1 ekor), induk jantan memiliki berat minimum 2 kg (biasanya bisa 3-4 ekor). Induk koi dibiarkan dan tidak boleh diganggu.

Setelah 1-2 jam, sarang atau kakaban untuk menempel telur dipasang. Kakaban biasanya terbuat dari ijuk yang dijepit bambu. Jumlah kakaban sebaiknya 1 : 5. Artinya, jika induk betina yang dikawinkan 1 kg, kakabannya 5 lembar.

Satu lembar kakaban berukuran 0,5 x 1 m. Setelah kakaban, induk koi, dan sirkulasi air disiapkan dengan baik, koi dibiarkan kawin sepanjang malam. Menjelang pagi akan terlihat telur-telur menempel di kakaban.

Merawat Telur dan Larva

Setelah induk-induk koi kawin, segera dipindahkan kembali ke kolam pemeliharaan induk. Sementara itu, telur yang telah ada di kakaban dibiarkan menetas di kolam pemijahan tersebut. Telur akan menetas dalam 2-3 hari. Setelah telur menetas, sebaiknya kakaban diangkat dan anak koi yang baru menetas dibiarkan.

Selama 3 hari, anak-anak koi yang baru menetas belum perlu pakan karena masih mempunyai "bekal" berupa kuning telur yang terkandung di tubuh (eggyolk). Setelah 3 hari, anak koi diberi pakan dari emulsi kuning telur. Pemberian pakan ini bisa berlangsung 5-7 hari sampai anak-anak koi ini didederkan di kolam yang agak luas.

Merawat Anak Ikan

PENDEDERAN I
Pendederan I adalah pemeliharaan lanjutan dari koi yang berumur 10 hari. Biasanya dilakukan di kolam tembok yang berukuraan 5 x 5 x 0,5 m atau 5 x 10 x 0,5 m. Untuk menghindari risiko kematian koi, sebaiknya tidak menggunakan air dari saluran langsung, tetapi air yang sehat atau bersih dan diberi aerasi.

Sebelum pemeliharaan berlangsung, kolam dipersiap-kan dulu, yakni dengan merendam pupuk kandang (kotoran ayam petelur sebanyak 2-4 kg/m3 air. Pupuk kandang dibungkus dengan kain kasa dan diletakkan di sudut-sudut kolam.

Di samping itu, juga ditebarkan garam dapur sebanyak 10 gram/m3 air. Perendaman berlangsung selama 5-7 hari. Setelah kolam dan perlengkapannya dipersiapkan, benih koi ditebarkan dengan hati-hati. Sebaiknya dilakukan aklimatisasi dengan seksama.

Caranya, semua tindakan yang termuat dalam paragraf ini dilakukan dengan benar dan hati-hati, agar adaptasi ikan berjalan sebagaimana mestinya. Selama 3-5 hari, koi memanfaatkan pakan alami. Setelah itu, diberi pakan berbentuk tepung. Pemeliharaan benih koi selama 15-25 hari dengan padat tebar 150-200 ekor/ml.

PENDEDERAN II
Sama halnya dengan pendederan I, pendederan II juga dilakukan di kolam tembok. Bisa juga bisa dilakukan di kolam tanah. Persiapan di kolam tembok sama dengan pendederan I. Selanjutnya, sudah bisa menggunakan pakan buatan yang berbentuk butiran.

Persiapan kolam tanah dapat dilakukan dengan cara memberi kapur 25-50 gram/m2, pupuk kandang 150-250 gram/m2, dan pupuk daun 300 gram/m2. Kolam tanah diairi atau direndam selama 5-7 hari. Selanjutnya koi ditebarkan.

Jika dibandingkan dengan kolam tembok, penggunaan kolam tanah biasanya mempercepat koi tumbuh, tetapi mortalitas atau kematian akan tinggi dan warnanya akan pudar. Pemeliharaan pendederan II berlangsung selama 20— 30 hari. Padat tebarnya 50-100 ekor/m3. Biasanya, pada waktu panen sudah bisa dipilih anakan berdasarkan warna dan ukurannya.

PENDEDERAN III
Persiapan yang dilakukan sama dengan pendederan I dan II. Perbedaannya hanya pada padat tebarnya. Padat tebar pada pendederan III maksimum 50 ekor/m3 dengan kondisi air dan pakan yang memadai, karena pada tahap ini proses pembentukan kualitas koi yang baik berlangsung. Pemeli-haraan berlangsung selama 20-30 hari. Selanjutnya baru dilakukan pemilihan koi berdasarkan ukuran dan warnanya.

Newest Post