Skip to main content

Budidaya Ikan Hias Red Nose Tetra Atau Hemigrammus Rhodostomus


Ikan jenis ini berukuran kecil dan lebih cocok disebut dengan hidung oranye karena moncongnya berwama merah atau oranye. Panjang ikan yang telah dewasa bisa mencapai 8 cm.

Seperti halnya ikan neon tetra, induk ikan red nose pun harus sehat, gesit, dan responsif terhadap pakan. Red nose jantan memiliki warna moncong lebih dominan daripada betina. Demikian juga warna sirip ekornya, jantan lebih terang daripada betina.

Mempersiapkan Pemijahan

Wadah untuk memijahkan ikan red nose berupa akuarium. Hampir tidak ada pemilik ikan hias yang memijahkan ikan ini di dalam bak tembok. Ukuran akuarium yang digunakan bervariasi, dari kecil hingga besar. Biasanya akuarium berukuran besar digunakan untuk pemijahan massal dan yang berukuran kecil untuk pemijahan berpasangan.

Sebelum digunakan, akuarium disterilkan terlebih dahulu dengan dicuci dan dibilas menggunakan larutan PK. Setelah kering, akuarium ditempatkan di dalam ruangan yang gelap. Bagian atas akuarium bisa terbuka, tetapi dindingnya harus diselimuti plastik berwama hitam.

Air yang baik untuk pemijahan red nose memiliki pH sekitar 6,5 dengan suhu 24-26 °C (tidak lebih dari 26 °C), harus jernih, dan steril. Substrat yang digunakan untuk menempelkan telur yang keluar dari induk betina berupa tanaman air, seperti hydrilla atau myriophyllum.

Proses Pemijahan

Setelah akuarium untuk pemijahan disiapkan, induk-induk yang telah siap memijah dimasukkan. Pada saat proses pemijahan, induk bisa diberi pakan berupa jentik nyamuk. Jika kedua induk telah menyatu, dinding akuarium ditutup dengan plastik atau kertas hitam agar tidak ada sinar yang masuk, tetapi bagian atasnya terbuka. Induk akan memijah pada malam hari selama 3 4 jam. Setelah selesai memijah, induk-induk tersebut segera diangkat dan ditempatkan di akuarium lainnya.

Merawat Telur dan Larva

Telur harus diupayakan tidak terkena sinar. Karena telur sifatnya sensitif terhadap sinar. Telur yang terkena sinar akan mati dan tidak menetas. Telur-telur menetas setelah 24 jam dikeluarkan oleh ikan. Untuk menghindari tumbuhnya jamur di telur-telur tersebut, sebelumrtya wadah diberi larutan MGO dan MB.

Larva ikan yang baru menetas dibiarkan hingga telur menetas secara keseluruhan. Larva ini tidak perlu diberi makan, karena ada cadangan makanan dari egg yolk. Setelah 3 hari, larva dapat disebut dengan anak ikan dan bisa diberi pakan alami, yaitu rotifera atau nauphi artemia.

Merawat Anak Ikan
  • Setelah 7-10 hari, anak ikan dipindahkan ke akuarium yang lebih besar. Ukuran akuarium untuk perawatan anak ikan biasanya 100 x 50 x 40 cm, yang terlindung dari air hujan dan sinar matahari.
  • Pakan dapat diberikan setiap hari dengan frekuensi 2 kali sehari, berupa kutu air atau cacing rambut (tubifek).
  • Air diganti 5-7 hari sekali, tetapi hanya 1/4 bagian. Air diganti dengan cara disifon. Pemeliharaan pada tahap ini berlangsung sekitar 25 hari dan ukuran ikan telah mencapai 1 cm atau small (S).
  • Setelah pemeliharaan berlangsung 25 hari, ikan dapat dibesarkan atau dijual. Pembesaran dapat dilakukan di akuarium dengan padat tebar 5-10 ekor /liter air. Pakan berupa cacing rambut dan diberikan 2-3 kali sehari.
  • Pada tahap pembesaran ini diperlukan aerasi ringan agar ikan tidak banyak yang terguncang. Pembesaran berlangsung 40-50 hari hingga ukuran ikan mencapai 1,5-2 cm atau medlum (A 4).